Jumat, 17 Juli 2009

Semburan Lumpur di Siring Sidoarjo

Di Jalan Flamboyan RT 2 RW 1 Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, muncul lagi semburan lumpur pada Jumat (10/7) pukul 07.00.

Semburan tersebut menggenangi Jalan Flamboyan sehingga jalan yang kerap dipakai sebagai jalur alternatif kendaraan roda empat dan roda dua itu terpaksa ditutup.

Diduga, semburan lumpur itu akibat rekahan tanah yang semakin melebar. Sebelum mengeluarkan lumpur, semburan di titik tersebut mengeluarkan gas sejak akhir Mei 2009.

Berdasar catatan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), semburan itu merupakan yang ke-116 di luar kolam penampungan lumpur Lapindo. Kini, total titik semburan gas di Siring mencapai 33 titik.

Menurut Kepala Divisi Gas pada BPLS Dodie Irmawan, semburan lumpur ini diduga memiliki kaitan dengan semburan lumpur yang keluar di rumah Okky Andriyanto (55), warga RT 3 RW 1 Desa Siring, pada Jumat (26/6).

Posisi lokasi semburan lumpur di kedua titik tersebut nyaris sejajar pada arah selatan dan utara dengan jarak sekitar 75 meter. Kedua semburan itu juga keluar melalui rekahan tanah. "Semburan yang berada di rumah Okky keluar melalui rekahan tanah. Bahkan, rekahan tanah di sana mengarah ke utara. Saya menduga, semburan lumpur di RT 2 ini berhubungan dengan semburan di rumah Okky," ujar Dodie.

Jumat, 26 Juni 2009

Ahli Geologi Temukan Gunung Api Raksasa Bawah Laut Sumatera

PARA pakar geologi Indonesia, AS dan Prancis berhasil menemukan gunung api bawah laut raksasa berdiameter 50 km dan tinggi 4.600 meter yang berada 330 km arah barat Kota Bengkulu.

Para ahli geologi ini berasal dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, CGGVeritas dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris.

“Gunung api ini sangat besar dan tinggi. Di daratan Indonesia tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua, ” kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

Gunung api bawah laut berada di Palung Sunda di barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5,9 km dengan puncak berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut.

Meskipun gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, para pakar mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api bawah laut ini.

“Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus,” katanya.

Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas itu adalah yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.

Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km) yang meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.

Sejak gempa dan tsunami akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, terjadi banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumatera yang menarik minat banyak peneliti asing.

Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam.

Limbah Gelang Batu Hasil Budaya Manusia Zaman Prasejarah Ditemukan di Purbalingga

Ahli batu mulia Sujatmiko bersama dosen dan mahasiswa Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Sabtu (20/6), kembali menemukan potongan-potongan batu hasil buatan manusia zaman prasejarah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.

Di Purbalingga pula sepekan lalu, ahli batu mulia dan mahasiswa geologi itu juga menemukan batu penetak dan batu mulia darah Kristus berserakan di sekitar Sungai Gintung, Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang.

Kali ini, potongan batu yang ditemukan berupa beberapa potong limbah gelang batu berbahan dasar jasper hijau yang berbentuk cakram, yang diperkirakan berasal dari zaman neolitikum atau zaman batu baru. Benda bersejarah itu ditemukan di sekitar areal persawahan dan aliran sungai.

Sujatmiko mengatakan, sejak tahun 1983, kawasan sekitar Bobotsari sudah dikenal di kalangan masyarakat batu mulia maupun arkeolog sebagai salah satu situs budaya manusia zaman neolitikum. Hal itu menyusul dilepasnya sejumlah hasil penelitian para arkeolog Indonesia tentang temuan benda-benda prasejarah di Purbalingga tahun 1980-an, salah satunya hasil peneletian arkeolog Harry Truman Simanjuntak . Namun hasil penelitian tersebut kurang dipublikasikan sehingga hanya segelintir kalangan yang mengetahuinya.

"Kedatangan kami kali ini, untuk mengeksplorasi kembali hasil temuan Truman. Kawasan mana saja di Purbalingga ini yang memiliki persebaran batu-batu peninggalan budaya manusia neolitikum," katanya.

Seperti limbah gelang batu yang ditemukan, kata Se kretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia ini, merupakan temuan yang sangat menarik. Hal itu menandakan kegiatan manusia masa neolitikum di Purbalingga mulai melirik ke benda-benda estetik, bukan lagi berdasarkan fungsinya. " Dari sumber-sumber arkeologi, gelang batu ini dibuat manusia prasejarah dengan menggunakan bambu dan pasir," jelasnya .

Selain menemukan limbah gelang batu, para mahasiswa Geologi Unsoed yang ikut dalam eksplorasi itu menemukan banyak batu serpih dari jasper hijau yang biasa digunakan manusia prasejarah sebagai pisau, di sekitar areal persawahan. Kami tidak perlu menggali kok. Batu itu ada di sekitar permukaan, ucap salah seorang mahasiswa.

Dengan banyaknya temuan tersebut, Sujatmiko menduga kawasan sekitar Purbalingga merupakan kawasan bengkel peralatan manusia zaman neolitikum. Hal itu diperkuat dengan temuan kapak batu jasper hijau di Kabupaten Kebumen. Sementara, kawasan Kebumen tak memiliki sumber batu jasper hijau, melainkan Purbalingga yang memilikinya cukup banyak. Bisa jadi kapak hijau di Kebumen itu hasil distribusi dari Purbalingga, ujarnya.

Namun untuk membuktikannya, menurut Sujatmiko, akan banyak hal yang harus terus dieksplorasi. Contohnya, kemana saja batu-batu itu didistribusikan. Selain itu, dimana kerangka manusia zaman neolitikum yang membuatnya. "Sebab, di Museum Purbalingga pun dipajang fosil stegodon hasil temuan warga di Purbalingga ini. Itu menandakan ada kehidupan manusia prasejarah di sini," katanya.

Begitu juga yang diutarakan dosen Geologi Unsoed, Siswandi. Menurutnya, perlu terus dicari dimana zona utama pembuatan batu-batu peninggalan prasejarah itu. "Kuat kemungkinan, serakan batu-batu itu akibat terbawa arus sungai. Karena itu perlu dicari dimana zona utamanya," katanya.

Sebagai tindak lanjut, dalam waktu dekat ini, Sujatmiko bersama tim Geologi Institut Teknologi Bandung dan Unsoed, akan menyajikan temuan mereka dalam seminar. "Bupati Purbalingga sudah siap untuk memfasilitasinya. Para ahli arkeologi juga akan ikut hadir," jelas Sujatmiko.

Lumpur Serang Beda dengan Lumpur Lapindo

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi memperkirakan semburan lumpur di Astana, Walikukun, Carenang, Serang, Banten, tidak akan sama seperti di Sidoarjo. Kandungan gas metan, lumpur, dan air diyakini tidak berbahaya dan sedikit jumlahnya.

Menurut Kepala Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, di Bandung, Senin (22/6), tidak berbahayanya semburan lumpur di Carenang itu dibuktikan fakta keberadaan gunung api dan hasil riset tentang kandungan gas berbahaya di daerah sekitarnya. "Namun, kami tetap mengirimkan tim untuk mengamati kejadian ini lebih lanjut," kata Surono.

Berdasarkan data keberadaan gunung api, di sekitar tempat semburan lumpur, memang terdapat Gunung Karang yang memiliki tipe B. Artinya, gunung ini tidak memiliki catatan aktivitas vulkanik sejak tahun 1600.

Oleh karena itu, magma yang ada di dalam gunung kemudian mengalami pendinginan dan mengeluarkan gas. Akibat dorongan energi sangat kecil, maka gas terperangkap di dalam tanah membentuk lapisan seperti lensa. Bila lensa ini dibor dengan kekuatan tinggi, maka gas kemudian keluar bersama dengan lumpur dan air.

"Karena aktivitas gunung tidak aktif maka cadangan gas yang masih terperangkap pun tidak banyak. Kemungkinan besar semburan itu akan dalam waktu relatif tidak lama," katanya.

Tidak berbahayanya semburan gas itu diperkuat dengan analisis gas berbahaya yang dilakukan PVMBG tahun 2007 di tiga daerah sekitar Carenang. Tiga daerah itu adalah Cikeusal, Walantaka, dan Pontang yang berjarak tidak sampai 100 kilometer dari Carenang.

Surono mengatakan, Pemerintah Provinsi Banten sudah memiliki hasil analisis itu. Analisis tiga daerah itu menemukan kandungan gas, yaitu CO, CO2, H2S, SO2, dan CH4. Namun, jumlah kandungannya dianggap tidak membahayakan masyarakat sekitar.

"Seharusnya dengan analisis ini, Pemerintah Provinsi Banten bisa memetakan daerah mana yang berbahaya atau tidak. Selain itu, pemerintah bisa memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang kejadian ini," kata Surono.

Selasa, 16 Juni 2009

Mengenal Jenis Batuan

Batuan terbentuk dari kombinasi dari satu atau lebih mineral yang biasanya terdiri dari unsur seperti oksigen, karbon, dan besi. Saat ini dikenal sekitar 3.000 jenis mineral yang berbeda di bumi. Berdasarkan kandungan mineral yang terdapat di dalamnya, teksturnya, serta strukturnya, batuan dibedakan menjadi tiga jenis.

Pertama, batuan bekuan tercipta sebagai hasil proses pendinginan bahan cair pijar yang berasal dari dalam bumi (magma). Batu jenis ini biasanya berbentuk hablur, tidak berlapis-lapis, dan tidak mengandung fosil. Berdasarkan cara terjadinya, batuan jenis ini terbagi atas batuan beku plutonik dan vulkanik.

Batuan beku plutonik berada di bawah kerak bumi dan berproses secara perlahan-lahan sehingga terjadi hablur yang mudah terlihat. Diorit, granit, dan gabro adalah batuan jenis ini. Sementara itu, batuan beku vulkanik berasal dari lava gunung berapi yang terlempar ke permukaan bumi, kemudian membeku sehingga memiliki hablur halus. Basal, obsidian, dan andesit adalah jenis batuan beku vulkanik yang banyak dijumpai.

Ciri khas batuan bekuan adalah keras dan kokoh sehingga biasanya digunakan sebagai bahan bangunan atau nisan kuburan.

Kedua, batuan endapan merupakan hasil proses pengendapan rombakan batuan yang diangkut oleh air (sungai) dan terendapkan pada suatu cekungan seperti laut, danau, sungai, atau rawa. Oleh sebab itu, batuan jenis ini biasanya berlapis-lapis dengan ketebalan yang berbeda, mulai dari beberapa sentimeter hingga beberapa meter. Batuan jenis ini tidak berhablur dan seringkali mengandung fosil binatang atau tumbuhan. Karena cara terbentuknya yang unik, batuan jenis ini biasanya dibedakan berdasarkan umurnya.

Menurut asal kejadiannya, batuan endapan terbagi atas batuan endapan mekanik yang terjadi akibat percampuran bahan-bahan yang terkumpul, batu endapan organik yang terbuat dari fosil hewan atau tumbuhan, dan batuan endapan kimia yang terjadi akibat endapan yang terjadi secara kimiawi. Batu pasir, batu kapur, zeolit, batu bara, dan lempung adalah beberapa jenis batuan yang masuk dalam jenis ini.

Ketiga, batuan malihan atau metamorf berasal dari batuan bekuan dan batuan endapan yang terubah susunan mineralnya atau batuan malihan yang terubah ulang. Pemalihan susunan mineral disebabkan karena tekanan gerakan bumi dan mendapat panas yang sangat tinggi saat terjadi pergerakan bumi. Batuan jenis ini memiliki tekstur yang sangat padat dan kedap air.

Suhu yang dibutuhkan untuk menciptakan batuan malihan 100-800 derajat Celsius. Dalam suhu setinggi ini batuan melembut sehingga mengubah susunan mineralnya. Dengan cara ini batu kapur berubah menjadi batu marmer, batu pasir menjadi kuarzit, batu granit menjadi genes, arang batu menjadi grafit, dan grafit menjadi berlian.

Kalau Anda ingin lebih jauh mengenal bermacam-macam batuan dan mineral yang ada di bumi, cobalah kunjungi Museum Geologi di Jalan Diponegoro No. 57, Bandung, yang terletak di dekat Gedung Sate.

Di ruang Geologi Indonesia, yang berada di sayap barat lantai satu, para pengunjung bakal disuguhi peragaan proses terjadinya bumi, perkembangan pembentukan Kepulauan Indonesia, serta koleksi ratusan ribu bebatuan. Tak hanya itu, di tempat ini kita juga bisa menyaksikan fosil-fosil beberapa hewan purba. Salah satu koleksi kebanggaan museum ini adalah stegodon atau gajah purba yang memiliki gading melengkung. Fosil hewan yang pernah hidup ribuan tahun silam ini ditemukan di sekitar aliran di Sungai Bengawan Solo.

MENGENAL TIPE BENTANG ALAM KARS DI INDONESIA

Batuan karbonat merupakan batuan yang penyusun utamnya adalah mineral karbonat. Secara umum, batuan karbonat dikenal sebagai batugamping, walaupun sebenarnya terdapat jenis yang lain yaitu dolostone. Batuan karbonat dapat terbentuk di berbagai lingkungan pengendapan. Namun umumnya batuan ini terbentuk pada lingkungan laut, terutama laut dangkal. Hal tersebut dikarenaka batuan karbonat dibentuk ole zat organic yang umumnya subur di daerah yang masih mendapat sinar matahari, kaya akan nutrisi, dll. Laut dangkal dimana batuan karbonat terbentuk disebut sebagai paparan karbonat (carbonate platform). Menurut Tucker & Wright (1991), paparan karbonat dapat dibagi menjadi rimmed shelf, ramp, epeiric, isolated platform d an drowned platform.

Karena faktor yang mempengaruhi pembentukan batuan karbonat bermacam-macam menyebabkan bentang alam yang dibentuk oleh batan karbonat juga beraneka ragam. Batuan karbonat, khususnya batugamping, memiliki sifat mudah larut dalam air. Hali ini dapat dijumpai terutama pada batugamping yang berkadar CO2 tinggi. Pelarutan tersebut akan menghasilkan bentukan-bentukan yang khas yang tidak dapat dijumpai pada batuan jenis lain. Gejala pelarutan ini merupakan awal dari proses karstifikasi. Morfologi yag dihasilkan oleh batuan karbonat yang mengalami karstifikasi dikenal dengan sebutan bentang alam kars.

Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars di Indonesia, yang antara lain adalah :

a. Tipe Gunung Sewu

Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolina dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolina didapati adanya terrarosa yang menahan air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian. Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua (through caves) maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta.

b . Tipe Gombong

Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata air.

c. Tipe Maros

Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/magote). Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit, berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros, Sulawesi Selatan.

d. Tipe Wawolesea

Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat terdapat jem batan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain.

e. Tipe Semau

Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda (Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa rucutan (sink) dan lorong-lorongg gua yang pendek.

Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai pada P. Semau sebelah barat Kupang, NTT.

f. Tipe Nusa Penida

Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah selatan P. Bali memiliki kawasan karst yang tersusun atas batugamping klastik dan non klastik. Pada batugamping klastik terdapat sisipan batuan berukuran halus dan kedap air. Adanya perulangan jenis batuan menyebakan terjadi keluaran air tanah yang bertingkat. Bentan alam dolina dan bukit kerucu t tidak berkembang dengan baik. Gua-gua juga tidak berkembang dengan baik.

Eksplorasi minyak bumi

Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.

Perlu diketahui bahwa minyak di dalam bumi bukan berupa wadah yang menyerupai danau, namum berada di dalam pori-pori batuan bercampur bersama air. Ilustrasinya seperti gambar di bawah ini

Kajian Geologi

Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:

* Batuan Sumber (Source Rock)

Yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih. batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang - cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.

* Tekanan dan Temperatur

Untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi di perlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada dibatuan menjadi rantai hidrokarbon.

* Migrasi

Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.

* Reservoar

Adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.

* Perangkap (Trap)

Sangat penting suatu reservoar di lindungi oleh batuan perangkap. tujuannya agar hidrokarbon yang ada di reservoar itu terakumulasi di tempat itu saja. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali. Perangkap dalam hidrokarbon terbagi 2 yaitu perangkap struktur dan perangkap stratigrafi.

Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah berikutnya.

Kajian Geofisika

setelah kajian secara regional dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya mengindikasikan potensi hidrokarbon, maka tahap selanjutnya adalah tahapan kajian geofisika. Pada tahapan ini metoda - metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat guna memastikan keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat di ekploitasi. Data-data yang dihasilkan dari pengukuran pengukuran merupakan cerminan kondisi dan sifat-sifat batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan batuan tersebut memiliki sifat - sifat sebagai batuan sumber, reservoar, dan batuan perangkap atau hanya batuan yang tidak penting dalam artian hidrokarbon. Metoda-metoda ini menggunakan prinsip-prinsip fisika yang digunakan sebagai aplikasi engineering.

Metoda tersebut adalah:

1. Eksplorasi seismik
Ini adalah ekplorasi yang dilakukan sebelum pengeboran. kajiannya meliputi daerah yang luas. dari hasil kajian ini akan didapat gambaran lapisan batuan didalam bumi.
2. Data resistiviti
Prinsip dasarnya adalah bahwa setiap batuan berpori akan di isi oleh fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak atau gas. Membedakan kandungan fluida didalam batuan salah satunya dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida. Fluida air memiliki nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian pula nilai resistan minyak lebih rendah dari pada gas. dari data log kita hanya bisa membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai resitan fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisa fluida perlu kita ambil sampel fluida didalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita dalam interpretasi jenis fluida dari data resistiviti yang kita miliki.
3. Data porositas
4. Data berat jenis


* Data berat jenis

Data ini diambil dengan menggunakan alat logging dengan bantuan bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma. Pantulan dari sinar ini akan menggambarkan berat jenis batuan. Dapat kita bandingkan bila pori batuan berisi air dengan batuan berisi hidrokarbon akan mempunyai berat jenis yang berbeda.

Cekungan Sedimen Indonesia Meningkat Dua Kali Lipat

Badan Geologi DESDM mengungkapkan temuan tambahan cekungan sedimen baru. Dengan tambahan tersebut maka total cekungan sedimen yang sudah berhasil ditemukan di Indonesia meningkat menjadi 128 cekungan sedimen. Cekungan sedimen dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan industri migas.

Menteri ESDM berharap Badan Geologi dapat menyusun dan meneliti data-data tersebut, karena peta cekungan itu sangat penting bagi pengembangan eksplorasi minyak dan gas bumi serta untuk kepentingan penelitian, ujar Menteri dalam sambutannya pada acara “Lokakarya Cekungan Sedimen Indonesia" yang diselenggarakan hari ini Selasa (19/5), bertempat di Auditorium Gedung Sekretariat Jenderal ESDM.

Selanjutnya, peta cekungan sedimen Indonesia ini akan dituangkan dalam bentuk Atlas Cekungan Sedimen Indonesia. Penyusunan atlas dilakukan dengan mengoptimalkan data gayaberat dan geologi yang telah tersedia secara lengkap, ditandai dengan penyelesaian peta gayaberat di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2007.

"Saya selalu sampaikan kalau jumlah cekungan di Indonesia sekitar 60 buah, tapi mulai pagi ini angka itu sudah berubah menjadi 128 cekungan," kata Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Dalam acara tersebut, Menteri ESDM menandatangani Peta Cekungan Sedimen Indonesia Berdasarkan Data Geologi dan Geofisika didampingi Sekretaris Jenderal DESDM dan Kepala Badan Geologi.

Ditemukan Batu Darah Kristus dan Artefak Neolitikum di Purbalingga

Batu mulia darah Kristus yang cukup langka, ditemukan di sekitar aliran Sungai Gintung yang merupakan salah satu anak Sungai Klawing, di Kabupaten Purbalingga. Batu yang cukup diincar kalangan bangsawan Prancis itu ditemukan oleh ahli geologi Institut Teknologi Bandung Budi Brahmantyo dan Sekretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia Indonesia , Sujatmiko, dengan dibantu puluhan mahasiswa Geologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (13/6).
Di sekitar aliran Sungai Gintung juga ditemukan banyak batu bertekstur pipih pada satu sisi dan tebal di sisi lain seperti kapak genggam. Diduga batu-batu itu adalah hasil buatan manusia masa pra-sejarah zaman neolitikum antara 5.000 sampai 10.000 tahun yang lalu.
Menurut Sujatmiko, temuan batu darah Kristus yang dikenal sebagai l e sang du Christ di Prancis, merupakan temuan yang paling menarik. Selama ini, batu itu baru ditemukan di India, dan belum ditemukan di daerah lain di Indonesia.
Batu tersebut, lanjutnya, memiliki ikatan emosional dengan umat Kristiani karena bercak merah pada batu jasper berwarna dasar hijau itu diyakini tetesan darah Yesus Kristus saat disalib. Karenanya bagi kalangan bangsawan Prancis, batu itu digunakan sebagai cap kebangsawanan.
"Saya pernah diminta oleh seorang bangsawan Prancis mencari batu darah Kristus itu. Tapi saat itu, saya tidak punya dan tak tahu mau dicari di mana," ucapnya.
Batu darah Kristus, menurut Sujatmiko, juga digunakan oleh ilmuwan kuno untuk mempelajari siklus matahari. Karenanya, batu itu dikenal sebagai heliotrop. Sementara bagi warga sekitar aliran Sungai Gintung di Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang, batu darah Kristus dikenal sebagai nogo sui karena warnanya yang menarik.
Di kalangan pecinta batu mulai, menurut Sujatmiko, batu darah Kristus sebetulnya sudah menjadi buah bibir sejak tahun 1985 denga nama populernya batu klawing. "Tetapi karena baru sebatas buah bibir, kami pun tidak tahu pasti seperti apa batu klawing itu. Baru kali ini, ternyata batu klawing itu adalah batu darah Kristus," terangnya.
Selain menyimpan batu mulai yang cukup langka, menurut ahli geologi ITB Budi Brahmantyo, Sungai Gintung juga menyimpan bebatuan hasil budaya neolitikum berupa kapak genggam untuk menetak maupun memukul.
"Namun untuk membuktikan aliran sungai itu merupakan situs budaya manusia masa pra-sejarah , harus didukung oleh pencarian kerangka manusia purba. Kalau memang ada, aliran sungai itu harus dikonservasi sebagai situs arkeologi," kata Budi yang juga Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata ITB.
Sementara, di sepanjang aliran Sungai Gintung hingga kawasan muaranya di Sungai Klawing, cukup banyak ditemukan penggalian batu dan pasir. Hal itu pun dilegalkan oleh pemerintah daerah setempat. "Jangan sampai batu-batu berharga ini ikut diambil oleh para penggali batu dan pasir. Temuan ini harus segera ditindaklanjuti," kata Budi.
Setelah memperoleh laporan temuan tersebut, Bupati Triyono Budi Sasongko mengaku, sama sekali tidak mengetahui kalau Sungai Gintung menyimpan batu-batu mulia dan artefak neolitikum cukup berharga. "Masalahnya, kami kan tidak tahu macam-macam batu sungai. Tetapi d engan adanya hasil laporan temuan ini, tentu akan kami dukung untuk eksplorasi selanjutnya, termasuk untuk pembuatan museumnya," jelasnya.

Rabu, 03 Juni 2009

Diskusi Terbatas IAGI tentang Keruntuhan Tanggul Situ Gintung

Diskusi Terbatas IAGI tentang Keruntuhan Tanggul Situ Gintung

Acara “Diskusi Terbatas IAGI tentang Keruntuhan Tanggul Situ Gintung”telah terlaksana dengan baik dan lancar (di Auditorium Museum Geologi, Badan Geologi, Bandung, 7 April 2009). Acara ini ternyata cukup banyak mendapat perhatian dari para anggota IAGI, bukan hanya yang berada di Bandung, tercatat beberapa Rekan dari Jakarta dan Semarang juga hadir.

Acara didahului oleh sambutan Sekretaris Badan Geologi dan Sekjen IAGI.

Antusiasme peserta untuk berdiskusi sangat tinggi, sehingga acara yang semula direncanakan berakhir jam 5 sore, “terpaksa” diperpanjang sampai jam 6 sore. Sebagai pembicara dalam acara ini adalah :

- Adisuryo Abdillah (Balai Bendungan – PU), yang menjelaskan hasil kajian awal gelogi teknik terhadap keruntuhan tanggul Situ Gintung

- Aldrin Tohari (Geoteknologi – LIPI), yang telah menyampaikan data dan informasi lapangan setelah keruntuhan tanggul Situ Gintung, serta menjelaskan mekanisme runtuhnya tanggul tersebut.

- Alwin Darmawan (Pusat Lingkungan Geologi – Badan Geologi), yang mengulas aspek tata ruang atas kejadian bencana Situ Gintung

- Herry Purnomo (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan

Geologi) yang memaparkan hasil penyelidikan dan evaluasi kejadian bencana Situ Gintung

- Imam A. Sadisun (Teknik Geologi FITB – ITB), yang menjelaskan berbagai dugaan penyebab keruntuhan tanggul Situ Gintung

Sayang sekali Sotopo Purwo Nugroho (Mitigasi Bencana – BPPT) tidak dapat hadir dalam acara diskusi ini, yang semula diharapkan bisa membahas faktor-faktor penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung, terutama berdasarkan dokumentasi sebelum kejadian bencana.

Beberapa hal penting dari hasil diskusi ini antara lain :

- Tanggul Situ Gintung merupakan pada mulanya merupakan salah satu jenis situ yang terbentuk secara alamiah. Tanggul dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan volume genangan, berupa urugan tanah laterit lempung lanauan yang dipadatkan (earth dam), berwarna coklat kemerahan, plastisitas sedang

- tinggi, konsistensi kaku-sangat kaku, dengan jejak lapisan pemadatan yang masih dapat diamati di lapangan (meskipun tidak begitu jelas).

- Batuan dasar tanggul Situ Gintung berupa endapan aluvial volkanik Kuarter, terutama terdiri dari batupasir kerikilan, berwarna coklat - coklat keabuan, berlapis baik, dengan arah perlapisan yang cukup bervareasi dan beberapa indikasi adanya struktur cross bedding diantara perlapisan tersebut.

- Berbagai data dan informasi telah mengindikasikan faktor-faktor penyebab keruntuhan tanggul (dam failure) Situ Gintung, yaitu :

** Erosi di kaki tanggul bagian hilir (downstream), baik oleh rembesan air yang keluar dari badan tanggul maupun oleh limpahan air dalam kondisi genangan air melebihi level maksimumnya (overtopping).

** Overtopping akibat kenaikan air yang relatif cepat dan dalam volume air cukup besar menyebabkan erosi di kaki tanggul semakin parah, terutama oleh adanya proses bottom scouring pada bagian tersebut.

** Adanya erosi buluh (piping erosion) di kaki tanggul perlu dikaji lebih lanjut, karena adanya endapat situ yang cukup tebal (mencapai > 0,5 m) di bagian paling hulu kemungkinan dapat menjadi penghalang alamiah (natural clay blanket) terbentuknya erosi ini, meskipun batuan dasar tanggul tersusun atas pasir yang relatif tidak kompak (kekompakan buruk) dan rentan terhadap erosi.

- Faktor-faktor di atas diperparah oleh :

** Curah hujan yang sangat tinggi sebelum terjadinya keruntuhan tanggul, mengakibatkan proses overtopping yang tidak hanya melewati saluran pelimpah (spillway), namun juga melewati mercu tanggul, sementara pintu air pembuang (outlet) tidak berfungsi sama sekali.

** Level maksimum genangan akan lebih mudah tercapai karena oleh adanya pendangkalan situ yang berakibat pada berkurangnya kemampuan/daya tampungnya.

** Badan tanggul telah mengalami kerusakan karena sebagian lereng hilir digali (di sebelah kiri spillway) dan selanjutnya dibangun rumah. Galian tersebut bahkan membentuk lereng tegak (vertikal) dengan ketinggian bervariasi mulai 1 m - 2 m.

- Mekanisme keruntuhan tanggul berupa retrogressive failure, diawali oleh adanya keruntuhan (failure) di kaki tanggul bagian hilir (downstream), yang terus berkembang ke atas sepanjang spillway dan menyebabkan adanya longsoran yang lebih besar lagi hingga pada akhirnya keseluruhan badan tanggul di sekitar konstruksi spillway tersebut runtuh.

- Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman, terutama di bagian hilir (tanggul) situ, mengakibatkan bencana yang sangat dasyat. Alih fungsi lahan melanggar ketentuan kawasan perlindungan setempat untuk kawasan sekitar danau atau waduk, yaitu daratan berkisar antara 50-100 m dari titik pasang air tertinggi.

Hasil-hasil ini akan terus dikembangkan dan dirumuskan secara lebih baik lagi (termasuk rekomendasi) menjadi suatu “Kontribusi IAGI terhadap Peristiwa Keruntuhan Tanggul Situ Gintung” dan segera akan disampaikan kepada pihak-pihak terkait. Terima kasih atas atensi dan kepedualian Rekan-Rekan IAGI atas peristiwa keruntuhan tanggul Situ Gintung ini.

Menteri ESDM Sampaikan Penghargaan Kepada Tim ERG PT Freeport Indonesia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Tim Emergency Response Group (ERG) PT Freeport Indonesia atas sikap tanggap daruratnya terhadap kecelakaan pesawat Pilatus PC-6/B2-H4 Turbo Porter beregistrasi PK-LTJ milik maskapai Mimika Air di lereng Gunung Gergaji, kawasan pegunungan Jaya Wijaya, Papua, 17 April lalu.

Tim ERG PT Freeport telah mengambil langkah-langkah pro aktif mendukung proses evakuasi 11 korban kecelakaan pesawat Mimika Air (20/4). Seluruh korban selanjutnya dievakuasi menuju Ilaga dengan menggunakan helikopter Airfast untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut.

Pesawat Mimika Air jenis Pilatus itu mengalami kecelakaan ketika terbang dari Ilaga menuju ke Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Pesawat milik Pemerintah Daerah Mimika dengan kapten pilot Nay Linn Aung, warga Myanmar dan co-pilot Makmur Susilo tersebut ditemukan jatuh di lereng Gunung Gergaji, Kabupaten Puncak. Beberapa penumpang pesawat tersebut adalah petugas pemilu dan barang-barang yang diangkut pesawat naas tersebut termasuk kotak suara yang dibawa dari Ilaga menuju Mulia.

Tim ERG PT Freeport Indonesia merupakan bagian dari Tim ESDM Siaga Bencana yang disiapkan untuk mengantisipasi dan membantu meringankan para korban bencana yang terjadi di Indonesia. Anggota tim memiliki berbagai sertifikat SAR internasional dalam bidang Cutting Torch, Light Vehicle, Incident Command (IC), Emergency Medical Technician, Medical First Responder, Firemanship, Hazardous Material, Rope Rescue, Confined Space, Land Navigation, Dive (PADI and Commercial), Hoistrider, dan CSSR (Collapse Structure Search and Rescue).

Kegiatan Sektor ESDM 2010 untuk Menjawab Tantangan di Bidang Geologi dan Air Tanah

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro kembali menyampaikan tantangan ESDM di bidang geologi, pengelolaan lingkungan, dan air tanah dalam Sidang Kabinet Paripurna tanggal 14 April 2009 di Istana Negara Jakarta. Pada Sidang dengan agenda Prioritas Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2010 tersebut Menteri ESDM menyebutkan, tantangan terbesar di bidang geologi saat ini adalah masalah bencana geologi. Posisi Indonesia pada daerah rawan bencana menjadikan informasi daerah rawan bencana dan ruang berbasis informasi geologi menjadi hal yang perlu mendapat prioritas.

Untuk mengakomodasi hal tersebut, pemerintah melalui Departemen ESDM memfokuskan kegiatan 2010 pada mitigasi, peringatan dini dan tanggap darurat bencana gunung api dan bencana geologi. Di samping itu, kegiatan penelitian, penyelidikan, pemetaan dan pengamatan kawasan rawan bencana geologi serta geodinamik juga akan ditingkatkan. Kedua kegiatan tersebut akan dilengkapi dengan penyusunan peraturan dan pedoman di bidang lingkungan geologi.

Peningkatan emisi CO2, maraknya penambangan yang tidak menerapkan prinsip Good Mining Practices, pencemaran lingkungan, dan masih terbatasnya internalisasi eksternalitas (antara lain biaya lingkungan, CSR dan keamanan), menjadi masalah pengelolaan lingkungan yang perlu diprioritaskan untuk tahun 2010. Menteri ESDM memaparkan bahwa untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, pemerintah akan meningkatkan kegiatan litbang, penyusunan kebijakan/regulasi usaha, serta penyiapan bimbingan teknis teknologi energi baru terbarukan dan konservasi energi. Selain itu, pemerintah akan menyusun Road Map pengurangan emisi CO2 sektor energi dan melakukan kajian pengendalian dampak lingkungan dan perubahan iklim.

Guna mengatasi sulitnya penyediaan air bersih di daerah sulit air, pemerintah akan meningkatkan kegiatan konservasi sumber daya air dan pengendalian kerusakan sumber-sumber air. Kegiatan lainnya adalah penyediaan sarana air bersih bersumber dari air tanah, penataan ruang berbasis geologi, serta penelitian/penyelidikan dan pemetaan hidrogeologi.

Temperatur Air Panas Meningkat, Status G. Slamet Ditingkatkan

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG), Badan Geologi meningkatkan status G. Slamet, Provinsi Jawa Tengah menjadi Waspada terhitung mulai hari ini (21/4) sejak pukul 12:00 WIB. Peningkatan status ini terkait dengan meningkatnya temperatur air panas di Pandansari dan Pasepuhan.

Kepala PVG, Surono mengatakan, kondisi G. Slamet hari ini terekam secara menerus Gempa Tremor Vulkanik, dengan amplituda maksimum berkisar antara 0.5 –10 mm dan pengamatan visual terlihat asap putih tipis dengan tinggi ± 50 – 300 m. Selain itu lanjut Beliau, temperatur air panas di Pandansari dan Pasepuhan mengalami peningkatan dari hari ke hari hingga hari ini tercatat di Pandansari ± 45,7 °C dan di Pasepuhan ± 63 °C. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik G. Slamet, lanjutnya.

Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Slamet dan kami tetap berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (BPBD Provinsi dan dan Satlak PB) setempat. Apabila aktivitas G. Slamet kembali menurun atau meningkat, maka status G.Slamet dapat diturunkan atau dinaikan kembali sesuai dengan tingkat kegiatannya.

Kepala Pusat meminta kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan kegiatan pendakian serta menggunakan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu lebat untuk menghindari terjadinya gangguan pernafasan.

Gempabumi Manokwari Akibat Pergeseran Sesar Aktif Sorong

Kejadian gempa bumi tektonik yang mengguncang Provinsi Irian Jaya Barat kemarin disebabkan adanya pergeseran sesar aktif Sorong yang membentang mulai dari Kepala Burung menerus hingga ke wilayah Provinsi Maluku hingga ke lengan timur Pulau Sulawesi.

Pusat gempa berada darat dengan magnituda besar dan kedalaman dangkal, maka gempabumi ini berpotensi merusak, oleh karena itu berpotensi besar menimbulkan bencana, termasuk kerusakan geologis di permukaan seperti longsoran, likuifaksi (keluarnya air dari dalam melalui rekahan atau sumur penduduk kering/ keruh bercampur dengan pasir), retakan tanah dan pergeseran tanah.

Akibat gempa tersebut diperkirakan terjadi zona patahan (rupture zone) yang terganggu seluas 220 km x 130 km. Dengan zona patahan seluas itu patut diduga akan lama terjadi keseimbangan pada sesar aktif. Oleh karena itu diduga masih akan terjadi gempabumi susulan.

Gempa tersebut telah menyebabkan 1 orang meninggal dunia. 2 orang tertimbun reruntuhan sebuah hotel, 4 orang luka-luka dan sejumlah rumah dan gedung mengalami kerusakan termasuk Kantor Gubernur Irian Jaya Barat.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, DESDM segera memberangkatkan Tim Tanggap Darurat (TTD) ke lokasi bencana. Dalam melaksanakan tugasnya TTD akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota di wilayah bencana.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, meminta masyarakat agar tetap tenang serta mengikuti arahan dari petugas Satlak PB dan Satkorlak PB, jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempabumi yang diikuti oleh tsunami karena lokasi pusat gempabumi berada di darat.

Selanjutnya bagi masyarakat yang tinggal di perbukitan mewaspadai kemungkinan terjadinya tanah longsor. Menurut prakiraan potensi kejadian longsor bulan Januari 2009, wilayah Manokwari dan sekitarnya berpotensi menengah hingga tinggi terjadi longsor. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di atas, pada dan di bawah lereng sedang hingga terjal, jika terdapat retakan tanah harap segera mengungsi ke tempat yang aman, karena berpotensi terjadi longsor yang disebabkan oleh gempabumi susulan yang masih akan terjadi.

Sumber Daya Mineral : Batubara 104.760 Juta Ton, Emas 4.250 Ton, Tembaga 68.960 Ribu Ton

Kegiatan pemutakhiran dan evaluasi neraca sumber daya mineral dan batubara menjadi salah satu kegiatan unggulan Badan Geologi tahun 2009. Berdasarkan data per akhir 2008, sumber daya batubara menjadi sebesar 104.760 juta ton, emas sebesar 4.250 ton, tembaga sebesar 68.960 ribu ton, timah sebesar 650.135 ton dan nikel sebesar 1.878 juta ton.

''Evaluasi sumber daya dan cadangan batubara termasuk tambang bawah tanah dan produksi open pit di Kalimantan dan Sumatera. Untuk mineral dilakukan pemutakhiran neraca sumber daya mineral,'' papar Kepala Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R Sukhyar saat acara paparan 'Kinerja Sektor ESDM 2008', Selasa (30/12) di Jakarta.

Secara umum dibandingkan dua tahun sebelumnya, sumber daya mineral dan batubara tersebut mengalami peningkatan. Sedang data cadangan, untuk batubara sebesar 18.710 juta ton (tahun 2007 sebesar 18.710 juta ton dan 2006 sebesar 9.480 juta ton). Untuk cadangan emas sebesar 4.347 ton, cadangan tembaga sebesar 42.940 ribu ton, cadangan timah sebesar 338.115 ton dan cadangan nikel sebesar 549 juta ton.

Selain itu, kegiatan unggulan lainnya, menurut Kepala Badan Geologi R Sukhyar adalah penyiapan WKP Panasbumi di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB dan Maluku. ''Termasuk juga penyiapan wilayah pertambangan, termasuk WUP dan WPN sebagai tindak lanjut Undang-Undang Pertambangan Minerba,'' papar Kepala Badan Geologi R Sukhyar.

Badan Geologi juga akan melakukan pemutakhiran peta cekungan sedimen Indonesia. Ini dilakukan seiring dengan selesainya peta gaya berat. Selanjutnya juga akan melakukan penyelesaian peta cekungan airtanah Indonesia sebagai dasar pengelolaan air tanah serta penyiapan peraturan air tanah.

Pada tahun 2008 Badan Geologi juga melanjutkan kegiatan penyediaan air bersih di daerah sulit air. Pada tahun 2008 dilakukan 139 titik pengeboran. Ini melanjutkan pengeboran 2006 yang mencapai 34 titik pengeboran dan tahun 2007 sebanyak 72 titik pengeboran. Hingga tahun 2008 jumlah penduduk yang terlayani kegiatan penyediaan air bersih mencapai sekitar 536.400 jiwa.

Kegiatan unggulan lain yang akan dilakukan pada tahun 2009 adalah penyiapan Kawasan Strategis Nasional di Timika dan Soroako. Kegiatan karakterisasi geologi untuk lokasi strategis antara lain untuk lokasi CO2 storage dan lokasi PLTN. Pemetaan geologi semi rinci (1:50.000). Penyiapan data dasar gunungapi Indonesia. Penyiapan peta bahaya dan resiko gunungapi, gempabumi dan tanah longsor.