Ahli batu mulia Sujatmiko bersama dosen dan mahasiswa Geologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Sabtu (20/6), kembali menemukan potongan-potongan batu hasil buatan manusia zaman prasejarah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga.
Di Purbalingga pula sepekan lalu, ahli batu mulia dan mahasiswa geologi itu juga menemukan batu penetak dan batu mulia darah Kristus berserakan di sekitar Sungai Gintung, Desa Arenan, Kecamatan Kaligondang.
Kali ini, potongan batu yang ditemukan berupa beberapa potong limbah gelang batu berbahan dasar jasper hijau yang berbentuk cakram, yang diperkirakan berasal dari zaman neolitikum atau zaman batu baru. Benda bersejarah itu ditemukan di sekitar areal persawahan dan aliran sungai.
Sujatmiko mengatakan, sejak tahun 1983, kawasan sekitar Bobotsari sudah dikenal di kalangan masyarakat batu mulia maupun arkeolog sebagai salah satu situs budaya manusia zaman neolitikum. Hal itu menyusul dilepasnya sejumlah hasil penelitian para arkeolog Indonesia tentang temuan benda-benda prasejarah di Purbalingga tahun 1980-an, salah satunya hasil peneletian arkeolog Harry Truman Simanjuntak . Namun hasil penelitian tersebut kurang dipublikasikan sehingga hanya segelintir kalangan yang mengetahuinya.
"Kedatangan kami kali ini, untuk mengeksplorasi kembali hasil temuan Truman. Kawasan mana saja di Purbalingga ini yang memiliki persebaran batu-batu peninggalan budaya manusia neolitikum," katanya.
Seperti limbah gelang batu yang ditemukan, kata Se kretaris Jenderal Masyarakat Batu Mulia ini, merupakan temuan yang sangat menarik. Hal itu menandakan kegiatan manusia masa neolitikum di Purbalingga mulai melirik ke benda-benda estetik, bukan lagi berdasarkan fungsinya. " Dari sumber-sumber arkeologi, gelang batu ini dibuat manusia prasejarah dengan menggunakan bambu dan pasir," jelasnya .
Selain menemukan limbah gelang batu, para mahasiswa Geologi Unsoed yang ikut dalam eksplorasi itu menemukan banyak batu serpih dari jasper hijau yang biasa digunakan manusia prasejarah sebagai pisau, di sekitar areal persawahan. Kami tidak perlu menggali kok. Batu itu ada di sekitar permukaan, ucap salah seorang mahasiswa.
Dengan banyaknya temuan tersebut, Sujatmiko menduga kawasan sekitar Purbalingga merupakan kawasan bengkel peralatan manusia zaman neolitikum. Hal itu diperkuat dengan temuan kapak batu jasper hijau di Kabupaten Kebumen. Sementara, kawasan Kebumen tak memiliki sumber batu jasper hijau, melainkan Purbalingga yang memilikinya cukup banyak. Bisa jadi kapak hijau di Kebumen itu hasil distribusi dari Purbalingga, ujarnya.
Namun untuk membuktikannya, menurut Sujatmiko, akan banyak hal yang harus terus dieksplorasi. Contohnya, kemana saja batu-batu itu didistribusikan. Selain itu, dimana kerangka manusia zaman neolitikum yang membuatnya. "Sebab, di Museum Purbalingga pun dipajang fosil stegodon hasil temuan warga di Purbalingga ini. Itu menandakan ada kehidupan manusia prasejarah di sini," katanya.
Begitu juga yang diutarakan dosen Geologi Unsoed, Siswandi. Menurutnya, perlu terus dicari dimana zona utama pembuatan batu-batu peninggalan prasejarah itu. "Kuat kemungkinan, serakan batu-batu itu akibat terbawa arus sungai. Karena itu perlu dicari dimana zona utamanya," katanya.
Sebagai tindak lanjut, dalam waktu dekat ini, Sujatmiko bersama tim Geologi Institut Teknologi Bandung dan Unsoed, akan menyajikan temuan mereka dalam seminar. "Bupati Purbalingga sudah siap untuk memfasilitasinya. Para ahli arkeologi juga akan ikut hadir," jelas Sujatmiko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar